29 Maret 2009

Onno W. Purbo: Pemerintah Harus Lebih Tegas Ke Vendor


Bukan Onno W. Purbo namanya kalau tidak kritis menanggapi perkembangan yang terjadi di dunia teknologi informasi (TI). Baru-baru ini pakar internet itu melontarkan lagi kritikannya, kali ini terhadap raksasa software Microsoft. Onno menilai perusahaan ini telah memonopoli produk-produk notebook dan netbook dengan menanam paksa Microsoft ke dalamnya.

Onno memandang penyematan Microsoft dalam setiap notebook yang dijual di Indonesia, seolah-olah membuat konsumen tak mempunyai pilihan lain, dan terpaksa membelinya.

Sementara manajemen Microsoft Indonesia berdalih bisnis bundling itu merupakan realisasi Original Equipment Manufacturer (OEM). OEM merupakan lisensi yang melekat pada PC. Umumnya lisensi OEM terikat pada satu motherboard tertentu.

”Bagaimanapun, ini bisa disinyalir bertentangan dengan Undang-undang Nomor 5/1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,” tandas Onno.

Menurutnya, indikasi Microsoft memonopoli tampak dari banyaknya produk, paling tidak notebook, yang tidak mempunyai toleransi untuk menggunakan sistem operasi open source di dalamnya. Berikut petikan perbincangan BISKOM dengan Onno, 2 Maret lalu.

Bagaimana Anda bisa menilai kalau Microsoft melakukan monopoli dalam produk notebook atau netbook?

Waktu saya berkunjung ke sebuah pameran di JCC-Jakarta beberapa waktu lalu, semua netbook dengan prosesor Atom tidak ada yang ’kosong’, semua pakai software Windows. Jadi, kalau saya mau beli ya harus dengan Windows di dalamnya. Dan harganya sudah termasuk Windows. Jadi mau dipakai atau tidak dipakai, Windows tetap harus kita bayar. Lebih disayangkan lagi, ini terjadi pada semua vendor netbook, ini kan indikasi monopoli. Padahal dulunya Asus EeePC sudah mempelopori dengan pilihan Linux dalamnya, malah EeePC saya udah format ke Ubuntu.

Apakah ini terjadi pertama kalinya di Indonesia atau lebih dari sekali dimana perangkat keras suatu produk dimonopoli perangkat lunak tertentu?

Saya sendiri belum pernah menyelidiki sejauh itu. Cuma ini pertama kalinya pengalaman saya cari netbook tidak ada yang ’kosong’ dan semua terinstal Windows. Sudah begitu ngotot lagi sales-nya, dia bilang, “Ini Microsoft-nya tidak bisa dibuang, Pak! Sudah dari sananya!”

Adakah contoh kasus lainnya selain yang Anda alami baru-baru ini?

Terus terang saya jarang beli netbook, dan kejadian ini baru kemarin saja. Cuma setelahnya saya dapat beberapa e-mail dari teman, kayaknya hal seperti ini juga terjadi seperti di Surabaya.

Jadi bagaimana mengantisipasi kasus seperti ini menurut Anda?

Pemerintah harus tegas, dan harus mewajibkan semua vendor untuk memberikan pilihan bagi konsumen yang tidak ingin menggunakan Microsoft dengan konsekuensi notebook atau netbook yang belum diinstal ataupun dengan pre-instal Linux yang lebih murah.

Pihak mana saja yang berwenang menanganinya dan apa harapan Anda terhadap pihak terkait khususnya KPPU untuk bisa lebih menertibkan dan menindak kasus seperti ini?

Yang paling berwenang tampaknya Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Hanya saja mereka pasti butuh bukti dan datanya. Itu harus ada yang menyiapkan. Pihak lain yang juga terkait adalah Departemen Perdagangan, Departemen Komunikasi dan Informasi dan Departemen Perindustrian.

Sejauh ini apa masalah ini sudah ada respon dari pihak tertentu termasuk Microsoft sendiri?

Kalau dari media, komunitas blogger, komunitas Linux, mereka sangat supportive. Kalau dari Microsoft-nya sendiri belum ada respon langsung ke saya. Mungkin mereka pikir, memangnya Onno itu siapa? Hehehe ..

Menurut Anda, apakah monopoli vendor software seperti ini bisa mempengaruhi perkembangan sistem operasi open source khususnya di Indonesia?

Jelas sekali! Akibatnya matilah perjuangan kita selama ini buat meng-open source-kan Indonesia. Sebaliknya dari sisi pengguna juga sayang kan sistem operasi Windows-nya? Apalagi sudah mereka bayar.

Apa saran Anda terhadap vendor software maupun vendor netbook?

Terutama produsen notebook dan netbook, ya kasih lah option untuk pembeli yang tidak mau menggunakan sistem operasi tertentu. Misalnya sebuah notebook merk NOTBUK mempunyai tipe notebook N1810, untuk N1810w bersistem operasi Microsoft Windows, N1810l bersistem operasi Linux, dan N1810k untuk yang ‘kosong’. Masalah stiker pada perangkat keras tidak perlu dicantumkan secara lengkap serinya atau ditempelkan ketika pembelian. Yang penting di sini tidak ada unsur pemaksaan. Bagi sebagian orang penambahan Rp. 500.000 saat membeli notebook mungkin tidak berharga, tapi sudah pasti sangat berharga bagi sebagian orang lain kan?

0 komentar:

Posting Komentar